Kamis, 30 Desember 2010

GAS METANA

GAS METANA




Kami dari kelompok Force of Nature, yang beranggotakan Indah Dwi Permatasari, Neilavery Winda Suci P., Mufidatul Ma’rufah, dan Qurota A’yun. Yang tergabung dalam Ekskul Perubahan
Iklim SMPN 1 Lumajang
Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan rumus kimia CH4. Metana murni tidak berbau, tapi jika digunakan untuk keperluan komersial, biasanyaditambahkan sedikit bau belerang untuk mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi.
Sebagai komponen utama gas alam, metana adalah sumber bahan bakarutama. Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu molekul CO2 (karbondioksida) dan dua molekul H2O (air):
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O
Seperti kita ketahui, pemerintah seluruh dunia berusaha mengambil langkah untuk mengatasi perubahan iklim, dampaknya terus meningkat dan akibatnya dengan lebih sering terjadinya badai, banjir, kekeringan, gelombang panas, dan banyak lagi.
Yang paling menonjol baru-baru ini menunjukkan bahwa informasi adalah metan hingga 25 kali lebih kuat, per ton, dari CO 2 menyebabkan pemanasan global. Perhitungan ini didasarkan pada rata-rata yang Pemanasan dampak metan lebih dari 100 tahun. Namun, setelah hanya satu dekade, metan adalah hampir tidak dapat dilacak dan hampir menghilang setelah 20 tahun, sehingga rata-rata lebih dari satu abad ini secara dramatis mengurangi dampaknya. Dan karena kami tidak memiliki 100 tahun kiri kami untuk mengurangi gas rumah kaca, lebih baru perhitunganrata-rata selama 20 tahun sebagai menilai metan 72 kali lebih kuat.



Pakar lingkungan dari Universitas Bung Hatta (UBH), Prof Dr Ir H Nasfryzal Carlo M.Sc menyebutkan, darisatu ton sampah menyebabkan terjadinya pelepasan gas metana yang ikut memicu pemanasan global.
Hal ini terjadi karena setiap proses dekomposisi limbah organik ditempat pembuangan sampah menyebabkan pelepasan gas metana, kata Prof Nasfryzal Carlo M.Sc di Padang, Selasa. Dengan kondisi itu, menurut dia, pada tahun 2020 diperkirakan Indonesia akan mengemisi gas metana dari sampah sebanyak 9.500 ton per tahun. Ia menjelaskan, metana merupakan komponen utama gas alam yang juga termasuk dalam gas rumah kaca. Gas metana merupakan insulator yang efektif dan mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak dibandingkan karbondioksida, tambahnya. Ia menyebutkan, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbondioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang dilepaskan ke udara relatif berlangsung sesaat. Namun, metana akan menipiskan lapisan ozon sebagai pelindung bumi sehingga memicu pemanasan global, kata Carlo. Ia menjelaskan, pemanasan global terjadi karena meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca, termasuk gas metana di atmosfer bumi dan dampaknya mulai terjadi di banyak kawasan di dunia termasuk Indonesia. Selain dari dekomposisi limbah organik sampah, gas metana juga dihasilkan selama dilakukan produksi pertanian dan kegiatan transportasi. Metana juga bisa keluar dari hewan-hewan tertentu seperti sapi sebagai produk sampingan dari pencernaannya, tambah Carlo.




Volume pencemaran udara tergantung dari jumlah gas metan yang ada disuatu tempat. dari setiap ton sampah atau setiap m3 limbah orrganik (ingat 1 ton tidak mesti sama dengna 1 m3) jumlah gas metana yang bisa dihasilkan belum pasti dihasilkan gas dengna jumlah yang sama, karena tergantung dari jenis limbah atau sampah organiknnya. Semakin banyak zat orgaink yang dapt dirombak oleh bakteri maka akan semakin banyak juga gas yang akan dihasilkan. Kalau jumlah bakteri sedidikt otomatis gasnya juga sedikit. Maka dala produksi gas bio (40 s.d 70 % terdiri dari gas metana) bisanya ditambahkan mikro organisme dalam kemasan misalnya EM-4 atau yang lain.
Cara menghitungnya bisa dengan menampung gas metan yang terjadi dalam ssuatu wadah. Atau diukur dengan flowmeter gas. Cara menghitung volume pencemaran udara akibat gas metana, ya… udara di ambil sampelnya, misalnya disuatu tempat di ambil 1 liter. Kemuadian kirim saja ke laboratorium yang memiliki GC (Gas Chromatrgrafi) di Yogyakarata misalnya di Balai Penelitian dan Pengembangan Gunung Api (dekat lapangan Kridosono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

lanjutan